-->

Tuhan Diam Belaka

Tuhan Diam Belaka - Selamat datang di blog Info Mimpi, Info kali ini adalah tentang Tuhan Diam Belaka !! Semoga tulisan singkat dengan kategori Cerpen !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Tuhan Diam Belaka ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->



YakusaBlog- Seorang pemuda dalam perjalanan menuju suatu tempat. Belum sampai ke tujuan, waktu magrib telah masuk. Maka dia menghentikan sepeda motornya dekat sebuah surau di tepi jalan. Kebetulan di sana siap ditegakkan jamaah magrib oleh beberapa orang lelaki, anak-anak dan perempuan. Seorang lelaki tua bertindak sebagai imam.
Si pemuda cepat mengambil air sembahyang dan segera bergabung dengan para jamaah dan mengikuti shalat magrib sejak rakaat pertama. Namun kelihatan benar pemuda tersebut tidak khusuk dalam salatnya. Ia kelihatan gelisah sepanjang shalatnya.
Dan shalat jamaah pun usai. Namun sei pemuda berdiri kembali dan bertakbir-ikhram. Orang-orang di surau itu mengira pemuda tadi hendak menegakkan shalat ba’da magrib. Namun para jamaah jadi ragu karena si pemuda shalat dengan riga rakaat. Setahu mereka shalat sunnah ba’da magrib hanya dua rakaat.
“Shalat sunnah Anda kelebihan satu rakaat.” Kata seorang jamaah sambil tersenyum.
“Oh, aku tidak shalat sunnah. Yang baru saja aku lakukan adalah shalat magrib.” Jawab si pemuda dengan yakin.
“Tetapi bukankah Anda sudah shalat magrib berjamaah bersama kami?”
“Benar. Namun aku menganggap shalat magrib kalian tidak benar. Maka aku merasa harus mengulang shalat magribku.”
“Tidak benar?”
“Ya.”
Maka si pemuda menyebutkan beberapa hal dalam shalat magrib mereka yang dianggapnya tidak benar, tidak sesuai dengan keyakinan yang diamalkannya selama ini. selesai menyebut hal-hal yang dianggapnya tidak benar itu si pemuda balik bertanya, mengapa para jamaah di situ tetap beribadah dengan cara-cara yang ‘keliru’ itu.
Mendengar pertanyaan demikian para jamaah terpana. Mereka tersinggung. Pembicaraan yang semula santai lambat laun berubah panas dan nyaris meletup menjadi perdebatan. Ketika itulah lelaki tua yang menjadi imam menghentikan zikirnya, lalu membalikkan badan menghadap para jamaah dan si pemuda. Ia tersenyum. Kata-kata yang kemudian diucapkannya terdengar datar.
“Soal shalah kok diperdebatkan? Apa sih, untungnya?”
“Karena shalat harus dilakukan seperti Nabi shalat. Bila tidak, shalat yang saja akan tertolak.” Kata si pemuda.
“Ya, semua orang ingin shalat seperti Nabi shalat. Yang sulit adalah memperoleh jaminan bahwa seseorang telah melakukan shalat seperti yang dilakukan Nabi. Paling-paling, masing-masing orang atau jamaah boleh merasa yakin, bahwa amalnya sesuai dengan tuntunan Nabi, namun tak boleh menghakimi amal saudaranya yang lain. Ini menyangkut masalah keyakinan dimana sesama pencari kebenaran tak boleh saling menghakimi karena hal itu semata-mata hak Allah.”
“Tetapi kana da dalil-dalil sebagai patokan amal.”
“Ya tentu. Dalil yang berupa ayat Qur’an adalah mutlak. Dan sunnah Nabi diriwayatkan oleh orang-orang yang mulia. Namun ketika kita memahami kedua macam dalil tersebut hasilnya adalah sesuatu yang nisbi. Dengan demikian kita tidak boleh punya keyakinan bahwa amal kita mutlak benar akibat amal orang lain pasti salah.”
Suasana di surau jadi lengang. Lelaki tua itu tersenyum. Lalu bangkit dan meletakkan tangannya di atas pundak pemuda itu.
“Anda adalah pemuda yang cerdas dan tentu saja kami harus menghargai keyakinan Anda. Dan kita tak perlu mempermasalahkan perbedaan kecil dalam cara peribadatan kita.”
Pemuda itu mengangguk-angguk.
“Ya. Dan memutlakkan pendapat sendiri dalam beribadah baru saja terbukti menjadi penyebab bubrahnya jamaah kita. Memang kita tak perlu sama persis karena hal itu mustahil tercapai. Toj Tuhan sendiri diam belaka, baik ketika disembah dengan cara Anda maupun cara kami. Itu pertanda amal kita masing-masing diterima-Nya, Insya Allah.”[]

Penulis: Ahmad Tohari
Catatan: Tulisan di atas disadur dari bukunya Ahmad Tohari yang berjudul Berhala Kontemporer, pada halaman 20-22, dengan sub judul Tuhan Diam Belaka.
Ket.gbr: Ilustration
Sbr.gbr: https://www.sijunjung.go.id/


Demikianlah Artikel Tuhan Diam Belaka, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Tuhan Diam Belaka ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Tuhan Diam Belaka ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close