[Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata
[Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata - Selamat datang di blog Info Mimpi, Info kali ini adalah tentang [Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata !! Semoga tulisan singkat dengan kategori
Misteri !!
mitos !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema [Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->
[Historiana] - Kisah ini sudah terjadi lama, sekitar tahun 1997 dan pernah diceritakan KH Muhammad Emil Zola dalam laman facebooknya. Ini kisah yang saya alami beserta 10 orang teman lainnya. Total kejadian ini disaksikan 11 orang dan beberapa orang lainnya di Jatinangor.
Berawal dari kegemaran saya tengn UFO (Unidentifying Flying Object) atau pesawat luar Angkasa dari mahluk lain yang sering kita dengar sebagai "Alien". Kegemaran ini sampai membuat saya terobsesi ingin 'memburu' UFO untuk mendapatkan bukti berupa foto. Saat itu penggunaan Video memerlukan biaya tinggi. Untuk mendapatkan foto pun cukup panjang prosesnya karena masih menggunakan Klise (Celulloid) dan harus melalui proses cuci cetak.
Obsesei saya ini menjadikan bahan ledekan dari teman-teman saya dengan memberikan julukan si UPO maksudnya UFO dalam lafal sunda hehehe....
Sebuah ide muncul dalam pikiran saya untuk mencari tahu kapan dan dimana UFO itu akan turun melalui bantuan seorang medium (paranormal activity). Uniknya teman-teman juga dibuat penasaran dengan ide saya ini. Akhirnya, saya beserta teman-teman mencari tahu tentang UFo dengan seorang Medium. Kami berangkat dari Bandung berenam ke kota Majalengka.
Singkatnya proses mediumisasi langsung dilaksanakan. Prosesnya "sang UFO" dimasukan ke dalam sebuah pulpen dan dipegang medium. Pulpen tersebut dipegang di atas sebuah kertas A4. Lalu tiba-tiba pulpen itu menuliskan sesuatu seperti sebuah tulisan yang tak kita kenal. Sayangnya di antara kami tak ada yang bisa membacanya. Kurang lebih bentuk tulisan tersebut seperti di bawah ini (hanya ilustrasi, karena tulisan lama sudah hilang).
Sontak kami ketawa ketika melihat tulisan tersebut. Rasanya mirip kode morse. Tapi, setelah kami perhatikan seksama, rupanya kode morse tidak terdapat garis vertikal. Ah yang jelas kami tidak mengerti. itulah yang ada dalam pikiran kami. Maka saya berucap "Cing atuh pake basa Sunda wae! ngarah kaharti" kataku. Tiba-tiba pulpen menulis dalam bahasa Sunda
"Aya naon manggil kawula?"
"hahahahaha...' Kami berenam malah tertawa dibikinnya. "Masa iya Alien ngomong basa Sunda..." kat Diki temenku (Alm). "Keun wae atuh biarin, siapa tahu ini mah Alien gaul" kata Hendra temanku sambil dirinya pun tak tahan ketawa.
"Aya Naon...?" Pulpen itu menulis lagi
"Kieu, saha anjeun" tanya Diki
"Ibu Ratu Tangkuban Parahu" tulis pulpen itu
Kami berusaha menahan ketawa. Terus terang meskipun kami meminta bantuan paranormal untuk mediumisasi, tapi tetap saja ada rasa tidak percaya. Namun kami berusaha menahan perasaan itu dan kami melanjutnya,
"Gini... kita pengen tahu tentang Alien... kamu tahu Allein? itu lho makhluk luar angkasa" kata Hadi temanku dengan wajh seius. Hanya Hadi yang bisa menunjukkan wajah serius. Dia bertanya dalam bahasa Indonesia, karena tidak bisa berbahasa Sunda. Hadi berasal dari Jakarta, teman kuliahku di FIKOM Unpad Bandung.
"Apa yang kalian mau? ingin menemuinya?" tulis puplen yang dipegang paranormal itu. Kali ini pulpen menuliskannya dalam bahasa Indonesia. Kami pun sekuat tenaga menahan terawa, karena kok bisa Alien eh.. Ratu Tangkuban Parahu berbahasa Indonesia.
"Kami ingin melihatnya dan ingin memfotonya" Jawab Hadi serius.
"Baiklah.. kalian bisa menemuinya di Dayeuh Luhur pada Jumat Kliwon" tulis pulpen itu
"Dimana Dayeh Luhur teh?" Tanya Eko yang dari tadi diam saja hanya mesam-mesem menahan tertawa.
"Dayeh Luhur itu kuburan para Raja Sumedang atau Kramat di Sumedang" jawab Paranormal tersebut.
"wow.... wo ow... ke heula, entar dulu!" jawabku "kita ini mau memfoto Alien atau UFO, bukan jurig atau siluman"
"Lamun hayang panggih nya di dinya di Dayeuh luhur" tulis pulpen itu dalam bahasa Sunda.
"Hayu atuh kita lihat ke sana!" Ajak Hadi
"Eh.... ulah! jangan ah!" larang Hendra yang trauma karena pengalaman kami tersesat ke alam ghaib di Kuningan setahun sebelumnya yaitu tahun 1996.
"Iya.. saya juga tidak setuju" kataku "Lagian kan... mesti malam Jumat Kliwon, Serem pastinya"
"Kalian harus menemuinya jam 12 malam" pulpen itu menulis lagi
"Tuh kan... lebih parah lagi, kita mesti ke sono malam-malam. nggak ah" kataku lagi "Apa ada tempat lain gitu yang bisa kita temukan penampakan UFO?" Sambungku dengan pertanyaan.
"Bisa. Kalian bisa menemuinya di Tangkuban Parahu jam 12 Malam Jumat Kliwon" Tulis Pulpen tersebut.
"Nah.... itu oke" jawab kami hampir berbarengan.
"Oke lah.. sip-sip. Malam Jumat Kliwon ya?" Eko ikut menambahkan.
"Iya.. Ibu akan menemui kalian" tulis Pulpen tersebut dan proses mediumisasi berakhir.
Kami pun mendiskusikannya. Malam Jumat Kliwon adalah jumat minggu depan. Tentu kami yang memang tinggal di Bandung dan Jatinangor merasa lebih mengenali lokasi Gunung Tangkuban Perahu meskipun malam hari. Kami pun pulang kembali ke Bandung.
****
Di hari kamis itu, kami mempersiapkan peralatan untuk Hunting UFO. Tripod telah disiapkan lengkap dengan tas-tas perlengkapan lain. Kamera telah dilekapi Lensa Tele Zoom yang entah berapa ukurannya milik teman kami. Karena saat itu masih memerlukan klise Film untuk kamera, kami menggunakan Film dengan sensitvitas tinggi. Bila biasanya menggunakan ASA 100 atau ASA 200, kali itu digunakan ASA 8000. Harapannya, penampakan sesamar dan sekilat apapun akan tertangkap kamera.
Ternyata teman-teman lain banyak yang tertarik mengikuti ekspedisi ini. Akhir tim terdiri dari 11 orang. Masalahnya, mobil yang tersedia adalah Suzuki Katana. Tentu takkan muat. Akhirnya 1 sepedamotor ditambahkan sebagai alat transportasi kami hunting.
Mobil kecil Suzuki Katana diisi 9 orang. Sebagian jongkok dan di depan diisi 3 orang. kami pikir karena malam hari mungkin takkan terlihat oleh Polantas. Sementara saya dan Ade, temanku menggunakan sepeda motor bebek Honda Grand.
Malam itu, pukul 10 kami berangkat dari Jatinangor menuju Bandung dilanjutkan ke arah lembang menuju Gunung Tangkuban Perahu. Harapannya, tepat pada tengah malam, kami sudah berada di puncak gunung Tangkuban Perahu.
Jalanan di Bandung saat itu tak semacet sekarang. Jalan Setiabudhi kami lalu dengan lancar. Jalan terus menanjak dan berkelok-kelok. Hingga memasuki kawasan Hutan Cikole Lembang.
Tiba-tiba... Mobil dan motor yang kami gunakan tiba-tiba mogok bersamaan. Mobil dan motor terus distarter namun tak mau nyala mesinnya. Teman-teman yang ada di mobil pada turun. Saya dan temanku Ade di motor makin bingung dan agak sedikit takut. Di kegelapan hutan Cikole tiba-tiba kendaran mogok dan suasana benar-benar gelap gulita. Untungnya kami memang telah mempersiapkan senter. Hendra yang menyetir mobil turun dan hendak membuka kap mesin.
"Gak perlu nDra!" larangku "Kita berdoa saja bersama-sama"
Saya tiba-tiba berpikiran bahwa situasi itu bukan masalah kesalahan dalam mesin kendaraan kami. Kira-kira kami selesai membaca doa alfatihah, kendaraan akhirnya bisa nyala kembali "Alhamdulillah" Perjalanan pun di lanjutkan. Malam semakin larut.
Akhirnya Kami tiba di Pintu masuk Tangkuban Perahu. Namun pintu masuk tersebut dihalangi portal. Lingkungan seputarnya gelap gulita. Saya yang berada di sepeda motor langsung menghampiri pintu portal tersebut. Ternyata memang digembok. Saya jadi sadar, rupanya malam hari naik ke gunung Tangkuban Perahu dilarang. Semangat kami sempat Down juga.
"Gimana nih ....? Pintunya diportal..." kataku menghampiri Hendra sembari mendekat ke pintu mobil.
"Oh... iya.... Kita masuk dari jalur keluar!" kata Hendra" Saya yakin gak ada portalnya"
Akhirnya kendaraan kami balik arah menuju pintu keluar dari gunung Tangkuban perahu yang berada di sebelah bawahnya. Jaraknya cukup jauh, entar berapa kilometer. Dan.. benar saja tidak ada portal di sana.
Kami menjadi semangat lagi. Mobil dan motor berjalan berdampingan. Jalanan sempit itu semakin menanjak. jalan aspalnya cukup bagus. namun di sisi kiri kami adalah jurang yang dalam.
Tiba-tiba.. dari semak belukar sebelah kanan kami loncat seekor Babi Hutan (Babi rusa) atau Bagong dalam Bahasa Sunda. "Astagfirullah....!!!" Saya dan Ade di motor ngucap dan sangat kaget. Babi hutan itu warnanya putih. Taringnya panjang dan melengkung nyaris menusuk matanya sendiri. hiiiiy... sangat mengerikan. Dan yang lebih menakutkan lagi, besarnya sebesar sepeda motor Honda Grand yang kami tunggangi. Babi rusa itu itu berlari di sebelah motor kami. Jaraknya hanya setengah meter. Saya sepintas melihat mobil sempat ngerem dan mundur. Rupanya Hendra yang menyetir kaget. Apalagi Kami yang berada di Sepeda motor.
Babi hutan itu terus di sebelah kami berlari searah dengan kami. Jarak yang diikuti oleh Babi Hutan itu lebih kurang 100 meter. Jatung benar-benar berdebar takut dan stress berat dibuatnya. Namun, akhirnya Babi Hutan itu melompat ke arah semak belukar di kanan kami.
Sepeda motor terus melaju menanjak ke puncak gunung tangkuban perahu. Targetnya, tepat tengah malam bisa tiba di kawah gunung. Kami melihat mobil di belakang kami mengkuti. Akhirnya tiba di puncak gunung Tangkuban Perahu.
Puncak Gunung tangkuban perahu adalah tempat wisata yang ramai dikunjungi orang jika siang hari. Namun malam itu, benar-benar sepi. Kosong dan suasananya menjadi angker.
Sepeda motor kami berhenti di pelataran yang luas. Jalan aspal hotmix itu mulus dan nyaman seandainya dibuat tiduran. Kiri kanan dipagari karena itu adalah batas kawah Gunung Tangkuban Perahu yang menjadi destinasi wisata. Sepeda motor distandarkan. Saya dan Ade turun dari Sepeda motor. Lalu tiba mobil Kanana di belakang kami. Teman-teman di mobil langsung turun. Maklum mobil kecil itu diisi 9 orang sambil berjongkok sebagian. Rupanya teman-teman ingin segera meregangkan otot sekaligus membahas penampakan babi Hutan di jalan tadi.
Namun, ketika baru saja teman-teman turun dari mobil, tiba-tiba segerombol anjing hutan (ajag atau serigala) muncul dengan gongongannya yang mengerikan. Julahnya saya kira bisa sampai 30 atau 50 ekor. Pokoknya banyaaak banget. Teman-teman yang baru turun dari mobil panik dan berebut masuk kembali ke mobil.
"Jeduk...! Buk..!"
Bunyi benturan kepala kena pintu mobil. Teman-teman sampai tidak hati-hati memasuki mobil.
Celakanya saya dan Ade yang memang sedari awal di sepeda motor tak bisa kemana-kemana.
:"Hus...! Huss....!" Kami mengusir Anjing Serigala itu dengan sorotan lampu senter yang kami pegang. Saya dan Ade saling berbelakangan. Punggung kami saling menempel. Kami terus berusaha mengusir anjing-anjing itu. Pikiran saya kalut. Sempat terbetik dalam hati, rupanya malam itu saya akan mati di makan Serigala.
"Saha eta, Keur naranon di dieu!??!" tiba-tiba terdengar suara laki-laki.
Kami mengarahkan pandangan ke sumber suara. Tampak seorang bapak-bapak mengenakan penutup kepala yang biasa disebut "Kupluk" oleh orang Sunda. Gaya penutup kepala itu biasa digunakan orang Lembang Bandung atau Puncak Bogor. Pokonya pakaian umum yang digunakan di daerah pegunungan.
"Saya Pak..." jawab saya.
"Kadieu heula." katanya sambil mengajak ke sisi barat jalan itu. Di dekat pagar pembatas kawah ada sebuah bangunan kecil, saung atau sebesar poskamling. Bapak itu naik ke bale-bale.
"Asup... Diuk di dieu!" Ajak bapak itu untuk masuk dan duduk di bale-bale saung itu. Namun saya tidak mau. Seingat saya disebelah dalam dari pagar adalah kawah dan kalau tidak salah ketika siang di situ tidak ada bangunan atau saung.
"Wios pak.. saya di sini saja" ucapku.
"Kadieu kajero!" ucapkan sedikit membentak untuk masuk.
Saya mendekati bale-bale. "Astagfirullah....!" saya melihat pocong tiduran di bale-bale itu. Badanyanya golak-golek bergerak ke kiri dan ke kanan. Dan si bapak itu tetap memaksa masuk. Saya memaksakan diri duduk di pinggiran bale-bale saung itu. Kaki pocong itu menyentuh pahaku. Aku benar-benar gemetaran dan terus berdoa dalam hati.
"Deuk naon kadarieu?" tanya bapak itu menanyakan maksud kami ke gunung Tangkuban Perahu.
Ade dan teman-temanku tak ada yang mendekati dan menemaniku.
"Naha teu lapor heula ka Punggawa di hareup?" tanyanya aneh. Bahwa kami disebutnya tidak lapor dulu ke ponggawa di depan. Depan mana... di mana.... di depan ada orang gitu? pikirku. Namun aku sadar, sepertinya bapak ini bukan manusia.
"Oh muhun pak. hapunten" aku minta maaf jika tidak lapor. Meskipun aku sebenarnya bingung. "Tapi kami kesini sudah diizinkan Ibu Ratu" kataku dengan perasaan gak karuan.
"Kitu....?" kata si Bapak sambil beranjak ke luar dari saung itu. Saya pun mengikutinya. Apalagi di saung ada pocong. Hiiiy.. males mesti duduk di situ.
"Sok atuh... ngan ulah lila-lila nya!" kata si Bapak mempersilahkan namun mewanti-wanti agar tidak berlama-lama di tempat itu.
"Muhun pak, paling 1 jam saja"
Teman-teman sudah pada turun dari mobil. Mereka hanya menganggukan kepala pada si bapak. Rupanya semua teman-teman melihatnya. Saya mencoba meyakinkan diri bahwa si bapak itu manusia. Mekipun sebenarnya banyak pertanyaan mengisi kepalaku. Kenapa dia langsung mengiyakan ketika aku menjawab telah dapat Izin dari Ibu Ratu Tangkuban Perahu.
"Anjing-anjing tadi kemana ya?" Tanya Diki berbisik padaku. Dia baru saja turun terakhir dari mobil
"Oh iya ya... kamana nya? tapi tong dipikirkeun lah" jawabku "Hayu atuh siap-siap. Keluarkan peralatan!" pintaku pada teman-teman. Tak perlu dikomando 2 kali, teman-teman langsung memasang Tripod dan Kamera. Arah pemotretan ke langit. Kami berharap UFO akan datang menampakan diri.
Sambil ngobrol-ngobrol berbisik. Kami semua masih penasaran dengan kejadian malam itu. Ngobral keras-keras tidak berani. Kami melihat si Bapak itu samar-samar dalam remang-remang cahaya bulan dia ada di dalam saung. Duduk ditemani pocong yang tiduran sambil golak-golek tak mau diam. Untungnya semua teman tidak ada yang beraksi berlebihan ataupun histeris. kalo tidak... wah bisa gawat.
Lebih kurang setengah jam kami berada di puncak Gunung Tangkuban Perahu. Tengah malam sudah lewat.
"UFO-nya kemana ya" kok telat? hahaha mungkin UFO Indonesia!" kata Hendra mencoba ngebanyol.
"Huss...!" larangku sambil memberi kode telunjuk di bibir. Saya meminta agar tidak keluar kata-kata sompral yang gak perlu.
"Teman-teman..." kataku setengah berbisik. "Saya dah kadung merasa gak enak, baiknya kita udah aja ya. kita pulang" Ajaku pada mereka karena situai sudah tidak kondusif.
"Hayuuuuu!!!" Teman-teman menjawab nyariks koor paduan suara, kompak banget.
Malam itu kami tak dapat penampakan UFO. Yang ada malah kejadian-kejadian Supranatural.
Akhirnya kami berkemas. Semua barang telah masuk mobil. Saya dan Ade mendekati saung itu. Sebelum tiba di Saung, si Bapak sudah turun mendekati kami. Matanya melotot sedari tadi. Saya melihatnya agak aneh. Namun tak berani bercerita saat itu ke teman-teman. Bila diperhatikan seolah matanya gak pernah berkedip. Tapi ah.. saya gak mau memikirkan hal-hal aneh.
"Pak.. kami permisi mau pulang" kataku dan Ade hampir bersamaan.
"Sok atuh.. ati-ati di Jalan. Ke lamun di gapura hareup, ulah poho lapor ka Punggawa nya!" Jawab si Bapak dengan tetap mewanti-wanti sepulang dari sana kami harus lapor ke ponggawa penjaga pintu gapura. Saya pikir gapura mana dan ponggawa yang mana. Tapi kami hanya mengiyakan saja.
Mobil dan motor kami segera meluncur. Jalanan kiri menurun. Jalanan sepi dan sesekali ada kilat di langit. Padahal ada bulan dan terang bulan. Jalanan berkelok-kelok. Juruang berada di sisi kanan kami sekarang.
Tiba-tiba... Babi Hutan lompat kembali mendekati motor kami. Pas di sebelah saya dan Ade di sepeda motor. Lokasinya tepat di tempat pertama babi Hutan itu "menyambut" kedatangan kami. Babi Hutan itu berlari mengikuti motor. Posisinya di sebelah kiri kami. Jaraknya seperti tadi setengah meter dari kaki kami. Namun, babi Hutan itu berlari mengikuti kami tak sejauh yang pertama. kira-kira 50 meter, ia melompat kembali masuk ke rerimbunan semak belukar.
****
Tim ekspedisi UFO pulang ke Jatinangor. Kami semua rencanaya menginap di kos-kosan di Jatinangor. Jalanan kosong karena telah lewat tengah malam.
Pukul 3 dinihari kami sudah tiba di Jatinangor. Kos-kosan sebagian besar tim Kami di Puri Angsana jalan Ciseke Jatinangor. Rencananya istirahat dan akan membahas kejadian-kejadian tadi di sana.
Ketika sampai di tikungan jalan raya Jatinangor dan Jalan Ciseke, kami bertemu dengan Renny teman kami yang satu kosan Juga.
"Mau kemana Ren... malam-malam sendirian?" Tanyaku. Aku posisinya di motor, tentu sangat mudah mengetahui keberadaan Renny malam-malam di pinggir jalan sendirian. Saat itu, Jatinangor masih banyak persawahan. Jalanan gelap gulita.
"Gue laper... mau nyari Indomie rebus" jawabnya
":Busyet... mo nyari kemana hey.. dah malam!" Kata Hendra sambil melongokan kepalanya dari mobil. teman-teman pun ramai nanya-nanya.
"ya udah.. Kamu tunggu di sini. Ntar saya antar ke Cileunyi ya" kataku pada Renny. Karena kendaraan Kami penuh sesak dan harus menurunkan dulu penumpang di kosan. Saat itu, yang jualan hanya ada di Cileunyi. Dan Jarak dari Jalan Ciseke ke Cileunyi itu jauh.
"Gak papa.. gue jalan aja" jawab Renny sambil ngeloyor.
""Eh busyet... dia jalan ke Cileunyi???" kata Hendra sambil melongo
Saya dan teman-teman masih belum beranjak. Kendaraan belum di jalankan. Pandangan Kami mengarah ke punggung Renny yang terus berjalan dalam kegelapan menuju Cileunyi.
"Itu beneran... dia mau jalan ke Cileunyi?" tanya Hendra entah ditujukan kepada siapa pertanyaan itu.
"Ya udahlah.. kita pulang aja. lagian kita dah capek" ajakku
Kendaraan pun bergerak menuju kos-kosan. Jarak antara jalan raya Jatinangor ke kosan kami memang tidak terlalu jauh hanya memutar saja membentuk huruf "L". Akhirnya kami tiba di parkiran kosan. Semuanya telah turun. Dan kami pun langsung membahas kejadian-kejadian tadi. Rasanya gak sabar ingin membahas. Obrolan pun tak terbendung di antara kami. Sampai suasananya membuat kegaduhan.
Beberapa kamar kosan menyalakan lampu. Satu per satu pintu terbuka. Rupanya teman-teman kosan terganggu dengan kegaduhan kami.
"Woooi... Berisik amat!!!" kata Irma ketika membuka pintu kamarnya. Posisinya tepat di depan saya. kosan memang terang benderang. Apalagi di kamar Irma. Lampunya lebih terang karena untuk membaca buku.
"Itu siapa yang tidur di kamar lo?" tanyaku. pandanganku mengarah pada seorang wanita yang tidur telentang di kasur. Jelas sekali terlihat. "Itu Renny kan?" tanyanku.
"Iya tuh.. Dia mah kalo tidur kayak Bangke. Dari jam enem tuh tidur kagak bangun-bangun" Jawab Irma.
"Ah yang bener loh....!!!" tanya Eko. Obrolan teman-teman yang membahas kejadian di tangkuban perahu mendadak berhenti. Diam. kami sebelas orang melongokkan kepala ke pintu kamar Irma. jelas sekali Renny sedang tidur dengan pulasnya.
"Ada apa sih?" tanya Irma keheranan sendiri
Jadi.... yang tadi ketemu di jalan itu siapa??????????
Berawal dari kegemaran saya tengn UFO (Unidentifying Flying Object) atau pesawat luar Angkasa dari mahluk lain yang sering kita dengar sebagai "Alien". Kegemaran ini sampai membuat saya terobsesi ingin 'memburu' UFO untuk mendapatkan bukti berupa foto. Saat itu penggunaan Video memerlukan biaya tinggi. Untuk mendapatkan foto pun cukup panjang prosesnya karena masih menggunakan Klise (Celulloid) dan harus melalui proses cuci cetak.
Obsesei saya ini menjadikan bahan ledekan dari teman-teman saya dengan memberikan julukan si UPO maksudnya UFO dalam lafal sunda hehehe....
Sebuah ide muncul dalam pikiran saya untuk mencari tahu kapan dan dimana UFO itu akan turun melalui bantuan seorang medium (paranormal activity). Uniknya teman-teman juga dibuat penasaran dengan ide saya ini. Akhirnya, saya beserta teman-teman mencari tahu tentang UFo dengan seorang Medium. Kami berangkat dari Bandung berenam ke kota Majalengka.
Singkatnya proses mediumisasi langsung dilaksanakan. Prosesnya "sang UFO" dimasukan ke dalam sebuah pulpen dan dipegang medium. Pulpen tersebut dipegang di atas sebuah kertas A4. Lalu tiba-tiba pulpen itu menuliskan sesuatu seperti sebuah tulisan yang tak kita kenal. Sayangnya di antara kami tak ada yang bisa membacanya. Kurang lebih bentuk tulisan tersebut seperti di bawah ini (hanya ilustrasi, karena tulisan lama sudah hilang).
Aksaea Alien? |
"Aya naon manggil kawula?"
"hahahahaha...' Kami berenam malah tertawa dibikinnya. "Masa iya Alien ngomong basa Sunda..." kat Diki temenku (Alm). "Keun wae atuh biarin, siapa tahu ini mah Alien gaul" kata Hendra temanku sambil dirinya pun tak tahan ketawa.
"Aya Naon...?" Pulpen itu menulis lagi
"Kieu, saha anjeun" tanya Diki
"Ibu Ratu Tangkuban Parahu" tulis pulpen itu
Kami berusaha menahan ketawa. Terus terang meskipun kami meminta bantuan paranormal untuk mediumisasi, tapi tetap saja ada rasa tidak percaya. Namun kami berusaha menahan perasaan itu dan kami melanjutnya,
"Gini... kita pengen tahu tentang Alien... kamu tahu Allein? itu lho makhluk luar angkasa" kata Hadi temanku dengan wajh seius. Hanya Hadi yang bisa menunjukkan wajah serius. Dia bertanya dalam bahasa Indonesia, karena tidak bisa berbahasa Sunda. Hadi berasal dari Jakarta, teman kuliahku di FIKOM Unpad Bandung.
"Apa yang kalian mau? ingin menemuinya?" tulis puplen yang dipegang paranormal itu. Kali ini pulpen menuliskannya dalam bahasa Indonesia. Kami pun sekuat tenaga menahan terawa, karena kok bisa Alien eh.. Ratu Tangkuban Parahu berbahasa Indonesia.
"Kami ingin melihatnya dan ingin memfotonya" Jawab Hadi serius.
"Baiklah.. kalian bisa menemuinya di Dayeuh Luhur pada Jumat Kliwon" tulis pulpen itu
"Dimana Dayeh Luhur teh?" Tanya Eko yang dari tadi diam saja hanya mesam-mesem menahan tertawa.
"Dayeh Luhur itu kuburan para Raja Sumedang atau Kramat di Sumedang" jawab Paranormal tersebut.
"wow.... wo ow... ke heula, entar dulu!" jawabku "kita ini mau memfoto Alien atau UFO, bukan jurig atau siluman"
"Lamun hayang panggih nya di dinya di Dayeuh luhur" tulis pulpen itu dalam bahasa Sunda.
"Hayu atuh kita lihat ke sana!" Ajak Hadi
"Eh.... ulah! jangan ah!" larang Hendra yang trauma karena pengalaman kami tersesat ke alam ghaib di Kuningan setahun sebelumnya yaitu tahun 1996.
"Iya.. saya juga tidak setuju" kataku "Lagian kan... mesti malam Jumat Kliwon, Serem pastinya"
"Kalian harus menemuinya jam 12 malam" pulpen itu menulis lagi
"Tuh kan... lebih parah lagi, kita mesti ke sono malam-malam. nggak ah" kataku lagi "Apa ada tempat lain gitu yang bisa kita temukan penampakan UFO?" Sambungku dengan pertanyaan.
"Bisa. Kalian bisa menemuinya di Tangkuban Parahu jam 12 Malam Jumat Kliwon" Tulis Pulpen tersebut.
"Nah.... itu oke" jawab kami hampir berbarengan.
"Oke lah.. sip-sip. Malam Jumat Kliwon ya?" Eko ikut menambahkan.
"Iya.. Ibu akan menemui kalian" tulis Pulpen tersebut dan proses mediumisasi berakhir.
Kami pun mendiskusikannya. Malam Jumat Kliwon adalah jumat minggu depan. Tentu kami yang memang tinggal di Bandung dan Jatinangor merasa lebih mengenali lokasi Gunung Tangkuban Perahu meskipun malam hari. Kami pun pulang kembali ke Bandung.
****
Di hari kamis itu, kami mempersiapkan peralatan untuk Hunting UFO. Tripod telah disiapkan lengkap dengan tas-tas perlengkapan lain. Kamera telah dilekapi Lensa Tele Zoom yang entah berapa ukurannya milik teman kami. Karena saat itu masih memerlukan klise Film untuk kamera, kami menggunakan Film dengan sensitvitas tinggi. Bila biasanya menggunakan ASA 100 atau ASA 200, kali itu digunakan ASA 8000. Harapannya, penampakan sesamar dan sekilat apapun akan tertangkap kamera.
Ternyata teman-teman lain banyak yang tertarik mengikuti ekspedisi ini. Akhir tim terdiri dari 11 orang. Masalahnya, mobil yang tersedia adalah Suzuki Katana. Tentu takkan muat. Akhirnya 1 sepedamotor ditambahkan sebagai alat transportasi kami hunting.
Mobil kecil Suzuki Katana diisi 9 orang. Sebagian jongkok dan di depan diisi 3 orang. kami pikir karena malam hari mungkin takkan terlihat oleh Polantas. Sementara saya dan Ade, temanku menggunakan sepeda motor bebek Honda Grand.
Malam itu, pukul 10 kami berangkat dari Jatinangor menuju Bandung dilanjutkan ke arah lembang menuju Gunung Tangkuban Perahu. Harapannya, tepat pada tengah malam, kami sudah berada di puncak gunung Tangkuban Perahu.
Jalanan di Bandung saat itu tak semacet sekarang. Jalan Setiabudhi kami lalu dengan lancar. Jalan terus menanjak dan berkelok-kelok. Hingga memasuki kawasan Hutan Cikole Lembang.
Tiba-tiba... Mobil dan motor yang kami gunakan tiba-tiba mogok bersamaan. Mobil dan motor terus distarter namun tak mau nyala mesinnya. Teman-teman yang ada di mobil pada turun. Saya dan temanku Ade di motor makin bingung dan agak sedikit takut. Di kegelapan hutan Cikole tiba-tiba kendaran mogok dan suasana benar-benar gelap gulita. Untungnya kami memang telah mempersiapkan senter. Hendra yang menyetir mobil turun dan hendak membuka kap mesin.
"Gak perlu nDra!" larangku "Kita berdoa saja bersama-sama"
Saya tiba-tiba berpikiran bahwa situasi itu bukan masalah kesalahan dalam mesin kendaraan kami. Kira-kira kami selesai membaca doa alfatihah, kendaraan akhirnya bisa nyala kembali "Alhamdulillah" Perjalanan pun di lanjutkan. Malam semakin larut.
Akhirnya Kami tiba di Pintu masuk Tangkuban Perahu. Namun pintu masuk tersebut dihalangi portal. Lingkungan seputarnya gelap gulita. Saya yang berada di sepeda motor langsung menghampiri pintu portal tersebut. Ternyata memang digembok. Saya jadi sadar, rupanya malam hari naik ke gunung Tangkuban Perahu dilarang. Semangat kami sempat Down juga.
"Gimana nih ....? Pintunya diportal..." kataku menghampiri Hendra sembari mendekat ke pintu mobil.
"Oh... iya.... Kita masuk dari jalur keluar!" kata Hendra" Saya yakin gak ada portalnya"
Akhirnya kendaraan kami balik arah menuju pintu keluar dari gunung Tangkuban perahu yang berada di sebelah bawahnya. Jaraknya cukup jauh, entar berapa kilometer. Dan.. benar saja tidak ada portal di sana.
Kami menjadi semangat lagi. Mobil dan motor berjalan berdampingan. Jalanan sempit itu semakin menanjak. jalan aspalnya cukup bagus. namun di sisi kiri kami adalah jurang yang dalam.
Tiba-tiba.. dari semak belukar sebelah kanan kami loncat seekor Babi Hutan (Babi rusa) atau Bagong dalam Bahasa Sunda. "Astagfirullah....!!!" Saya dan Ade di motor ngucap dan sangat kaget. Babi hutan itu warnanya putih. Taringnya panjang dan melengkung nyaris menusuk matanya sendiri. hiiiiy... sangat mengerikan. Dan yang lebih menakutkan lagi, besarnya sebesar sepeda motor Honda Grand yang kami tunggangi. Babi rusa itu itu berlari di sebelah motor kami. Jaraknya hanya setengah meter. Saya sepintas melihat mobil sempat ngerem dan mundur. Rupanya Hendra yang menyetir kaget. Apalagi Kami yang berada di Sepeda motor.
Babi hutan itu terus di sebelah kami berlari searah dengan kami. Jarak yang diikuti oleh Babi Hutan itu lebih kurang 100 meter. Jatung benar-benar berdebar takut dan stress berat dibuatnya. Namun, akhirnya Babi Hutan itu melompat ke arah semak belukar di kanan kami.
Sepeda motor terus melaju menanjak ke puncak gunung tangkuban perahu. Targetnya, tepat tengah malam bisa tiba di kawah gunung. Kami melihat mobil di belakang kami mengkuti. Akhirnya tiba di puncak gunung Tangkuban Perahu.
Puncak Gunung tangkuban perahu adalah tempat wisata yang ramai dikunjungi orang jika siang hari. Namun malam itu, benar-benar sepi. Kosong dan suasananya menjadi angker.
Sepeda motor kami berhenti di pelataran yang luas. Jalan aspal hotmix itu mulus dan nyaman seandainya dibuat tiduran. Kiri kanan dipagari karena itu adalah batas kawah Gunung Tangkuban Perahu yang menjadi destinasi wisata. Sepeda motor distandarkan. Saya dan Ade turun dari Sepeda motor. Lalu tiba mobil Kanana di belakang kami. Teman-teman di mobil langsung turun. Maklum mobil kecil itu diisi 9 orang sambil berjongkok sebagian. Rupanya teman-teman ingin segera meregangkan otot sekaligus membahas penampakan babi Hutan di jalan tadi.
Namun, ketika baru saja teman-teman turun dari mobil, tiba-tiba segerombol anjing hutan (ajag atau serigala) muncul dengan gongongannya yang mengerikan. Julahnya saya kira bisa sampai 30 atau 50 ekor. Pokoknya banyaaak banget. Teman-teman yang baru turun dari mobil panik dan berebut masuk kembali ke mobil.
"Jeduk...! Buk..!"
Bunyi benturan kepala kena pintu mobil. Teman-teman sampai tidak hati-hati memasuki mobil.
Celakanya saya dan Ade yang memang sedari awal di sepeda motor tak bisa kemana-kemana.
:"Hus...! Huss....!" Kami mengusir Anjing Serigala itu dengan sorotan lampu senter yang kami pegang. Saya dan Ade saling berbelakangan. Punggung kami saling menempel. Kami terus berusaha mengusir anjing-anjing itu. Pikiran saya kalut. Sempat terbetik dalam hati, rupanya malam itu saya akan mati di makan Serigala.
"Saha eta, Keur naranon di dieu!??!" tiba-tiba terdengar suara laki-laki.
Kami mengarahkan pandangan ke sumber suara. Tampak seorang bapak-bapak mengenakan penutup kepala yang biasa disebut "Kupluk" oleh orang Sunda. Gaya penutup kepala itu biasa digunakan orang Lembang Bandung atau Puncak Bogor. Pokonya pakaian umum yang digunakan di daerah pegunungan.
"Saya Pak..." jawab saya.
"Kadieu heula." katanya sambil mengajak ke sisi barat jalan itu. Di dekat pagar pembatas kawah ada sebuah bangunan kecil, saung atau sebesar poskamling. Bapak itu naik ke bale-bale.
"Asup... Diuk di dieu!" Ajak bapak itu untuk masuk dan duduk di bale-bale saung itu. Namun saya tidak mau. Seingat saya disebelah dalam dari pagar adalah kawah dan kalau tidak salah ketika siang di situ tidak ada bangunan atau saung.
"Wios pak.. saya di sini saja" ucapku.
"Kadieu kajero!" ucapkan sedikit membentak untuk masuk.
Saya mendekati bale-bale. "Astagfirullah....!" saya melihat pocong tiduran di bale-bale itu. Badanyanya golak-golek bergerak ke kiri dan ke kanan. Dan si bapak itu tetap memaksa masuk. Saya memaksakan diri duduk di pinggiran bale-bale saung itu. Kaki pocong itu menyentuh pahaku. Aku benar-benar gemetaran dan terus berdoa dalam hati.
"Deuk naon kadarieu?" tanya bapak itu menanyakan maksud kami ke gunung Tangkuban Perahu.
Ade dan teman-temanku tak ada yang mendekati dan menemaniku.
"Naha teu lapor heula ka Punggawa di hareup?" tanyanya aneh. Bahwa kami disebutnya tidak lapor dulu ke ponggawa di depan. Depan mana... di mana.... di depan ada orang gitu? pikirku. Namun aku sadar, sepertinya bapak ini bukan manusia.
"Oh muhun pak. hapunten" aku minta maaf jika tidak lapor. Meskipun aku sebenarnya bingung. "Tapi kami kesini sudah diizinkan Ibu Ratu" kataku dengan perasaan gak karuan.
"Kitu....?" kata si Bapak sambil beranjak ke luar dari saung itu. Saya pun mengikutinya. Apalagi di saung ada pocong. Hiiiy.. males mesti duduk di situ.
"Sok atuh... ngan ulah lila-lila nya!" kata si Bapak mempersilahkan namun mewanti-wanti agar tidak berlama-lama di tempat itu.
"Muhun pak, paling 1 jam saja"
Teman-teman sudah pada turun dari mobil. Mereka hanya menganggukan kepala pada si bapak. Rupanya semua teman-teman melihatnya. Saya mencoba meyakinkan diri bahwa si bapak itu manusia. Mekipun sebenarnya banyak pertanyaan mengisi kepalaku. Kenapa dia langsung mengiyakan ketika aku menjawab telah dapat Izin dari Ibu Ratu Tangkuban Perahu.
"Anjing-anjing tadi kemana ya?" Tanya Diki berbisik padaku. Dia baru saja turun terakhir dari mobil
"Oh iya ya... kamana nya? tapi tong dipikirkeun lah" jawabku "Hayu atuh siap-siap. Keluarkan peralatan!" pintaku pada teman-teman. Tak perlu dikomando 2 kali, teman-teman langsung memasang Tripod dan Kamera. Arah pemotretan ke langit. Kami berharap UFO akan datang menampakan diri.
Sambil ngobrol-ngobrol berbisik. Kami semua masih penasaran dengan kejadian malam itu. Ngobral keras-keras tidak berani. Kami melihat si Bapak itu samar-samar dalam remang-remang cahaya bulan dia ada di dalam saung. Duduk ditemani pocong yang tiduran sambil golak-golek tak mau diam. Untungnya semua teman tidak ada yang beraksi berlebihan ataupun histeris. kalo tidak... wah bisa gawat.
Lebih kurang setengah jam kami berada di puncak Gunung Tangkuban Perahu. Tengah malam sudah lewat.
"UFO-nya kemana ya" kok telat? hahaha mungkin UFO Indonesia!" kata Hendra mencoba ngebanyol.
"Huss...!" larangku sambil memberi kode telunjuk di bibir. Saya meminta agar tidak keluar kata-kata sompral yang gak perlu.
"Teman-teman..." kataku setengah berbisik. "Saya dah kadung merasa gak enak, baiknya kita udah aja ya. kita pulang" Ajaku pada mereka karena situai sudah tidak kondusif.
"Hayuuuuu!!!" Teman-teman menjawab nyariks koor paduan suara, kompak banget.
Malam itu kami tak dapat penampakan UFO. Yang ada malah kejadian-kejadian Supranatural.
Akhirnya kami berkemas. Semua barang telah masuk mobil. Saya dan Ade mendekati saung itu. Sebelum tiba di Saung, si Bapak sudah turun mendekati kami. Matanya melotot sedari tadi. Saya melihatnya agak aneh. Namun tak berani bercerita saat itu ke teman-teman. Bila diperhatikan seolah matanya gak pernah berkedip. Tapi ah.. saya gak mau memikirkan hal-hal aneh.
"Pak.. kami permisi mau pulang" kataku dan Ade hampir bersamaan.
"Sok atuh.. ati-ati di Jalan. Ke lamun di gapura hareup, ulah poho lapor ka Punggawa nya!" Jawab si Bapak dengan tetap mewanti-wanti sepulang dari sana kami harus lapor ke ponggawa penjaga pintu gapura. Saya pikir gapura mana dan ponggawa yang mana. Tapi kami hanya mengiyakan saja.
Mobil dan motor kami segera meluncur. Jalanan kiri menurun. Jalanan sepi dan sesekali ada kilat di langit. Padahal ada bulan dan terang bulan. Jalanan berkelok-kelok. Juruang berada di sisi kanan kami sekarang.
Tiba-tiba... Babi Hutan lompat kembali mendekati motor kami. Pas di sebelah saya dan Ade di sepeda motor. Lokasinya tepat di tempat pertama babi Hutan itu "menyambut" kedatangan kami. Babi Hutan itu berlari mengikuti motor. Posisinya di sebelah kiri kami. Jaraknya seperti tadi setengah meter dari kaki kami. Namun, babi Hutan itu berlari mengikuti kami tak sejauh yang pertama. kira-kira 50 meter, ia melompat kembali masuk ke rerimbunan semak belukar.
****
Tim ekspedisi UFO pulang ke Jatinangor. Kami semua rencanaya menginap di kos-kosan di Jatinangor. Jalanan kosong karena telah lewat tengah malam.
Pukul 3 dinihari kami sudah tiba di Jatinangor. Kos-kosan sebagian besar tim Kami di Puri Angsana jalan Ciseke Jatinangor. Rencananya istirahat dan akan membahas kejadian-kejadian tadi di sana.
Ketika sampai di tikungan jalan raya Jatinangor dan Jalan Ciseke, kami bertemu dengan Renny teman kami yang satu kosan Juga.
"Mau kemana Ren... malam-malam sendirian?" Tanyaku. Aku posisinya di motor, tentu sangat mudah mengetahui keberadaan Renny malam-malam di pinggir jalan sendirian. Saat itu, Jatinangor masih banyak persawahan. Jalanan gelap gulita.
"Gue laper... mau nyari Indomie rebus" jawabnya
":Busyet... mo nyari kemana hey.. dah malam!" Kata Hendra sambil melongokan kepalanya dari mobil. teman-teman pun ramai nanya-nanya.
"ya udah.. Kamu tunggu di sini. Ntar saya antar ke Cileunyi ya" kataku pada Renny. Karena kendaraan Kami penuh sesak dan harus menurunkan dulu penumpang di kosan. Saat itu, yang jualan hanya ada di Cileunyi. Dan Jarak dari Jalan Ciseke ke Cileunyi itu jauh.
"Gak papa.. gue jalan aja" jawab Renny sambil ngeloyor.
""Eh busyet... dia jalan ke Cileunyi???" kata Hendra sambil melongo
Saya dan teman-teman masih belum beranjak. Kendaraan belum di jalankan. Pandangan Kami mengarah ke punggung Renny yang terus berjalan dalam kegelapan menuju Cileunyi.
"Itu beneran... dia mau jalan ke Cileunyi?" tanya Hendra entah ditujukan kepada siapa pertanyaan itu.
"Ya udahlah.. kita pulang aja. lagian kita dah capek" ajakku
Kendaraan pun bergerak menuju kos-kosan. Jarak antara jalan raya Jatinangor ke kosan kami memang tidak terlalu jauh hanya memutar saja membentuk huruf "L". Akhirnya kami tiba di parkiran kosan. Semuanya telah turun. Dan kami pun langsung membahas kejadian-kejadian tadi. Rasanya gak sabar ingin membahas. Obrolan pun tak terbendung di antara kami. Sampai suasananya membuat kegaduhan.
Beberapa kamar kosan menyalakan lampu. Satu per satu pintu terbuka. Rupanya teman-teman kosan terganggu dengan kegaduhan kami.
"Woooi... Berisik amat!!!" kata Irma ketika membuka pintu kamarnya. Posisinya tepat di depan saya. kosan memang terang benderang. Apalagi di kamar Irma. Lampunya lebih terang karena untuk membaca buku.
"Itu siapa yang tidur di kamar lo?" tanyaku. pandanganku mengarah pada seorang wanita yang tidur telentang di kasur. Jelas sekali terlihat. "Itu Renny kan?" tanyanku.
"Iya tuh.. Dia mah kalo tidur kayak Bangke. Dari jam enem tuh tidur kagak bangun-bangun" Jawab Irma.
"Ah yang bener loh....!!!" tanya Eko. Obrolan teman-teman yang membahas kejadian di tangkuban perahu mendadak berhenti. Diam. kami sebelas orang melongokkan kepala ke pintu kamar Irma. jelas sekali Renny sedang tidur dengan pulasnya.
"Ada apa sih?" tanya Irma keheranan sendiri
Jadi.... yang tadi ketemu di jalan itu siapa??????????
Demikianlah Artikel [Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan [Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi [Kisah Mistis] Bertemu Ratu Tangkuban Parahu dan si Tumang (?) | Kisah Nyata ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.