-->

"Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways

"Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways - Selamat datang di blog Info Mimpi, Info kali ini adalah tentang "Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways !! Semoga tulisan singkat dengan kategori 2018 !! News !! Sejarah Nusantara !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema "Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->



[Historiana] - di Zaman awal peradaban Nusantara, keberadaan sungai telah menjadi urat nadi perekonomian negara. Moda transportasi yang digunakan untuk mengangkut perpindahan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain.

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum. Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.

Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, ada penjelasan atau catatan mengenai perhatian kerajaan Tarumanegara terhadap perekonomian negara berbasis perdagangan. Terbukti moda transportasi dibangun dan tata kota diperhatikan. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.

Desa Cikao Bandung Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, masih menyimpan sisa-sisa kejayaan transportasi Sungai Citarum ratusan tahun silam. Pada masanya, di desa itu terdapat dermaga pelabuhan sebagai bagian dari sarana transportasi air menggunakan Sungai Citarum (tribunnews.com).

"Makanya di desa sekitar sini banyak perajin perahu sampai sekarang karena dulu sempat ada semacam pelabuhan tempat merapatnya kapal-kapal yang melintasi Sungai Citarum," ujar Odik (62), salah satu perajin perahu di desa tersebut kepada Tribun, Rabu (5/8/2015).

Ia telah jadi perajin perahu sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Ia mendapat ilmu membangun perahu secara turun temurun dari orang tuanya, yang juga sudah membuat perahu jauh sebelum 1953.

Kerajaan Tarumanagara sebagai awal bukti sejarah bangsa Indonesia telah menggunakan jalur perairan dari pedalaman hingga ke muara dan laut. Tidak berarti saat itu tidak ada jalan di daratan, namun distribusi moda transportasi menjadi pertimbangannya.

Lihat juga video...


Bukti lain, di dekat Batujaya pernah ada pelabuhan laut antar negara bisa dilihat dari penemuan benda kuno beragam bentuk di tepi Sungai Citarum dekat Batujaya. Daerah itu diduga kuat sebagai muara Citarum. Benda itu seperti cermin, peralatan perunggu, gelang loklak, dan keramik dari Guandong yang berasal dari abad ke-9 dan ke-10. Benda itu diduga adalah bahan pertukaran atau jual beli di muara Citarum. Arkeolog dari Universitas Indonesia Hasan Jafar mengatakan budaya muara dan sungai sangat memengaruhi perkembangan kebudayaan Candi Batujaya. Masyarakat di sekitarnya lebih mudah menerima budaya baru dan kreatif mengembangkan beragam hal. Hasilnya, meski dianggap yang tertua, Candi Batujaya menonjol dalam pengembangan teknologi ”Ada pengaruh tradisi dari Nalanda di India Utara. Kebudayaan India itu datang seiring banyaknya pendatang dari berbagai negara di pantai utara Jawa Barat,”  demikian dikutip dari kompas.com

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Batujaya, Sisa Peradaban Sungai Purba". Setelah berakhirnya kerajaan Tarumanagara lalu dilanjutkan kerajaan Sunda Galuh serta Kerajaan Pajajaran. Moda transportasi perairan terus berkembang. Dari beberapa penelusuran bukti tinggalan dermaga-dermaga sungan oleh Komara Sunda (Komunitas Pecinta Sejarah dan Arkeologi Sunda) yang dikoordinasi AH Purnama Alam Wangsa Ungkara, membuktikan hal itu.

"Gemah Ripah repeh Rapih" menjadi motto Propinsi Jawa barat menggambarkan kondisi kerajaan Pajajaran saat itu. Gemah ripah berati banyaknya manusia Sunda yang menjadi penduduk Kerajaan. Oleh karenanya dibutuhkan sistem transportasi. Diantaranya dikisahkan Kerajaan Pajajaran membangun jalan darat dan mengoptimalkan fungsi moda transportasi perairan guna mengangkut hasil bumi ke pelabuhan untuk kegiatan ekspor-impor.

Zaman Kolonial Belanda

Memasuki masa kolonialisme Belanda, moda transportasi ditambah dengan rel kereta api. Namun, moda transportasi perairan masih tetap difungsikan dengan baik. Pelabuhan-pelabuhan sungai dan laut digunakan pemerintah kolonial Belanda dalam mengangkut hasil bumi Pulau Jawa ke negara-negara tujuan mereka.

Perahu di Pejambon 1900. Foto: pustahadepok.blogspot.com

Zaman kemerdekaan

Memasuk periode kemerdekaan republik Indonesia, Moda transportasi perairan dan kereta api berangsur mundur hingga tidak dipergunakan lagi. Sistem transportasi perairan sungai benar-benar mencapai "akhir hayatnya". Namun untuk transportasi kereta api dengan relnya yang mencakup seluruh pulau jawa sebagai masih dipergunakan. namun ribuan kilometer rel kereta api tak lagi dipergunakan.

Kini di zaman pemerintahan Presiden Jokowi membangun kembali sistem transportasi perairan. Implementasi yang sudah terlihat dengan mengoptimalkan transportasi kelautan dengan istilah "tol Laut". Pelabuhan-pelabuhan laut dibenahi dan diperlengkapi dengan kebutuhan perekonomian modern. Disamping itu, penambahan infrastruktur jalan terus bertambah hingga ribuan kilometer. Wacana pengaktifan kembali rel kereta api yang telah "mati" hingga ditargetkan selesai tahun 2030. Ditambah lagi rencana penggunaan kembali sistem transportasi perairan sungai.

Proses sejarah berjalan begitu cepat sehingga aliran sungai terpanjang di Jawa Barat ini banyak beralih fungsi, jangankan untuk sarana transportasi, malah Sungai Citarum dikenal tempat sampah raksasa di Indonesia.

Rencana Cikarang-Bekasi-Laut (CBL) Water Way digagas dalam mengatasi penggunakan jalan darat yang semakin macet dan semrawut. Kondisi sungai yang tercemar sampah dan mengalami pendangkalan menjadi tantangan tersendiri dalam implementasinya. Namun pilihan ini menjadi salah satu mengatasi kebutuhan moda transportasi bagi tumbuh kembangnya pembangunan ekonomi. Jika terealisasi proyek CBL ini, ibarat "menghidupkan" kembali Tarumanagara.

Semoga dengan menggali kearifan lokal dan penggunaan kembali kebijakan leluhur kita semakin menambah upaya-upaya nyata menciptakan kemakmuran bangsa dan negara.

referensi

  1. "Inland Waterways / Cikarang-Bekasi-Laut Jawa (CBL)" Komite Percepatan Penyediaan Infrastuktur Prioritas (KPPIP) kppip.go.id Diakses 17 Agustus 2018
  2. "Proyek Kanal Cikarang Bekasi Laut Ditargetkan Mulai 2018 detik.com diakses 17 Agustus 2018
  3.  "Sisa Sejarah Kejayaan Sungai Citarum di Purwakarta" tribunNews.com Diakses 17 Agustus 2018
  4. "Batujaya, Sisa Peradaban Sungai Purba" Kompas.com diakses 17 Agustus 2018
  5. "Pelabuhan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Tempo ‘Doeloe’" Pustahadepok.blogspot.com diakses 17 Agustus 2018

Demikianlah Artikel "Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan "Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi "Menghidupkan" kembali Tarumanagara| Dari Tarumanagara ke Indonesia: CBL Waterways ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close