-->

Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur

Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur - Selamat datang di blog Info Mimpi, Info kali ini adalah tentang Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur !! Semoga tulisan singkat dengan kategori 2018 !! Sejarah !! Sejarah Dunia !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->


Epik Mahabarata
[Historiana] - Rusaknya budaya adalah hancurnya sebuah negeri.  Pemeo yang sering kita dengar dari tetua di Nusantara. Kita barangkali masih mengingat video penghancuran Patung Buddha Raksasa di suatu tebing di Bamian Afganistan. Penghancuran tersebut, kono berkaitan dengan masalah keyakinan. Jadi Patung atau berhala itu harus dihancurkan. Kenapa takut dengan berhala? bukankah hanya sekedar arca/patung?

Coba kita tengok Indonesia! Mayoritas negeri ini beragama Islam. Candi-candi megah seperti Borobudur dan Prambanan tegak berdiri. Keberadaan candi itu merupakan bukti otentik kebesaran bangsa Indonesia atau Nusantara di masa lalu. Kita tidak takut! Toh, dengan dilakukan pemugaran dan pemeliharaan candi-candi tersebut tidak membuat bangsa ini serta merta menyembah arca-arca tersebut. Seharusnya Afganistan belajar dari Indonesia.

Afganistan Negeri Berbudaya Besar (dahulu)

Di kaki tebing tempat dua patung Buddha itu biasanya berdiri 130 kilometer (80 mil) barat Kota Kabul, sebuah situs arkeologi ditemukan dan bagian dari Buddha ketiga, terbaring, ditemukan pada 2008.

Luas wilayah tempat Buddha yang terbaring itu sekitar setengah lapangan sepakbola. Belasan patung atau lebih terbaring di bawah berton-ton batu dan tanah.

Namun sayang, hanya dalam waktu beberapa bulan sebelum invasi koalisi Amerika Serikat pada tahun 2001 lalu, rezim Taliban mengejutkan dunia dengan menghancurkan dua patung raksasa Buddha berusia 1.500 tahun di lembah Bamiyan yang berbatu, yang membuat mereka dikenal tidak Islami.

Coba kalau di Barat, adanya kekayaan itu akan mendorong penggalian dalam skala besar, penelitian gila-gilaan, dan juga pameran museum yang hebat. Tetapi lain di Afghanistan. Tanah yang menjadi tempat kelaparan dan perang selama tiga dekade, yang terjadi justru kebalikannya. Malah dihancurkan.

“Tempat paling aman adalah membiarkan warisan budaya tersebut di bawah tanah,” kata Brendan Cassar, kepala misi UNESCO di Afghanistan. Ia menambahkan bahwa membuat kebijakan ribuan barang-barang prasejarah, situs Buddha dan Islam yang bertebaran di seluruh negeri tersebut merupakan hal yang mustahil.

Di bawah tanah, peninggalan tersebut terilndungi dari penjarahan endemik, penyelundupan ilegal, dan efek korosif dari musim dingin yang beku.

Kerajaan Gandhara

Penggemar kisah Mahabharata pasti sudah tidak asing dengan tokoh yang bernama Sangkuni atau Shakuni (शकुनि) alias Saubala . Sangkuni adalah paman dari para Kurawa dari pihak ibu, Sangkuni dikenal dengan lidahnya yang tajam dan kelicikannya. Ia juga yang selalu menghasut para Kurawa agar memusuhi Pandawa, dan dengan liciknya ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan Pandawa setelah memenangkan permainan dadu.

Gandhāra (bahasa Pashtun: ګندارا, bahasa Urdu: گندھارا‎, bahasa Sanskerta: गन्धार) adalah kerajaan kuno di wilayah India Barat, tepatnya di lembah sungai Swat dan Kabul serta Dataran Tinggi Pothohar, kini wilayah Pakistan utara dan Afganistan timur.[1] Kota utamanya adalah Purushapura (kini Peshawar), secara harfiah bermakna "kota para manusia", dan Takshashila (kini Taxila).

Bamyan Buddha_sebelum dan sesudah penghancuran

Kerajaan Gandhara berlangsung sejak Periode Weda (sekitar 1500-500 SM) hingga abad ke-11 M. Kerajaan ini menjadi pusat seni rupa Buddha, yang mencapai puncaknya pada kurun abad pertama masehi sampai abad ke-5 M pada masa pemerintahan raja-raja Kushan. Sejarawan Al-Biruni menyebut kerajaan ini dalam nama Persianya "Shahi" untuk menyebutkan wangsa penguasa dari Kabul Shahi yang menguasai wilayah ini sebelum penaklukan Muslim pada abad ke-10 dan ke-11 M. Setelah ditaklukan oleh Mahmud dari Ghazni pada 1021 M, nama Gandhara lenyap. Pada masa pemerintahan Muslim, kawasan ini diperintah dari Lahore atau Kabul. Pada masa Mughal kawasan ini termasuk dalam provinsi Kabul.

Kerajaan Gandhara muncul dalam kisah epik Mahabharata dan juga Ramayana. Raja Gandhara, Sangkuni, merupakan akar dari segala konspirasi mengenai pertentangan antara Duryodana dan para Pandawa, yang berakibat meletusnya perang di Kurukshetra. Dalam Mahabharata, kerajaan ini turut berpartisipasi dalam perang di Kurukshetra dan memihak Duryodana. Adik Sangkuni merupakan istri Dretarastra, yang dikenal sebagai Gandari. Kerajaan Gandhara (Gandhara Barat) berada di wilayah provinsi Kandahar di Afganistan. Gandhara Timur berada di wilayah Pakistan. Puskalawati, Takshasila (Taxila) dan Purushapura (Peshawar) merupakan kota di Kerajaan Gandhara. Takshasila didirikan oleh adik Rama Ragawa — Barata. Kemudian keturunan Barata memimpin kerajaan tersebut. Selama zaman Mahabharata, Gandhara dipimpin oleh Subala (ayah Sangkuni), Sangkuni, dan putera Sangkuni. Arjuna mengalahkan putera Sangkuni selama misi berkampanye untuk upacara Aswamedha Raja Yudistira.



Pemboman Borobudur

Bom Candi Borobudur adalah peristiwa pengeboman peninggalan bersejarah Candi Borobudur dari zaman Dinasti Syailendra yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada hari Senin 21 Januari 1985. Peristiwa terorisme ini adalah peristiwa terorisme bermotif "jihad" kedua yang menimpa Indonesia setelah pembajakan pesawat Garuda DC 9 Woyla oleh anggota Komando Jihad pada tahun 1981.

Beberapa ledakan yang cukup dahsyat menghancurkan sembilan stupa pada candi peninggalan Dinasti Syailendra tersebut. Otak peristiwa pengeboman ini disebut sebagai "Ibrahim" alias Mohammad Jawad alias "Kresna" yang oleh kepolisian penyidik peristiwa pengeboman ini disebut sebagai dalang pengeboman. Walaupun begitu, sosok Mohamad Jawad, otak peristiwa peledakan Candi Borobudur ini masih belum ditemukan dan belum berhasil diringkus oleh kepolisian Indonesia hingga saat ini.

Cuplikan berita utama dari KOMPAS 22 Januari 1985
Referensi
  1. "Gandhara Civilization" heritage.gov.pk diakses 4 Juni 2018
  2. "Sangkuni: si Lidah Tajam dari Gandhara. inilahduniakita.net diakses 4 Juni 2018
  3. "Mahabaratha" Ancient World Hystory  Diakses 4 Juni 2018
  4. "Pengeboman Borobudur 1985" Wikipedia.org diakses 4 Juni 2018
  5. "Sembilan Stupa Borobudur Diledakkan Senin Dini Hari". KOMPAS. 1985-01-22.

Demikianlah Artikel Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Budaya Nusantara Jangan Hancur Seperti Afganistan | Mengenang Pemboman Borobudur ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close