-->

Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an

Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an - Selamat datang di blog Info Mimpi, Info kali ini adalah tentang Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an !! Semoga tulisan singkat dengan kategori Artikel !! iptek !! Religi !! Renungan !! ini bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Dan untuk anda yang baru berkunjung kenal dengan blog sederhana ini, Jangan lupa ikut menyebarluaskan postingan bertema Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an ini ke social media anda, Semoga rezeki berlimpah ikut di permudahkan sang khalik yang maha kuasa, Selengkapnya lansung lihat infonya dibawah -->


Para ilmuwan telah mempelajari tentang tipe-tipe awan dan meyakini bahwa awan hujan terbentuk dari sistem tertentu dan berikatan dengan tipe-dpe angin dan awan tertentu. Salah satu jenis awan hujan adalah awan cumulonimbus bercampur dengan hujan angin ribut disertai petir dan gemuruh. 

Para ahli meteorologi telah mempelajari bagaimana awan cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan itu menghasilkan hujan, hujan es, dan halilintar/kilat. Para ahli meteorologi juga menemukan langkah-langkah yang dilewati awan cumulonimbus dalam menghasilkan hujan sebagai berikut:

Awan didorong angin, 
  • Awan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin mendorong sebagian kecil awan cumulus ke sebuah area di mana awan-awan ini berkumpul.
Penggabungan
  • Awan kecil bergabung bersama membentuk awan besar.
Penumpukan
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di dalam awan yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas dekat dengan pusat awan lebih kuat dibanding dengan yang dekat dengan tepi. Udara yang bergerak ke atas ini menyebabkan badan awan tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di udara. Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian yang lebih dingin di atmos­fer di mana tetesan air dan hujan es merumuskan dan mulai berkembang melebar. Ketika tetesan air dan hujan es ini menjadi sangat ringan sehingga udara yang bergerak ke atas menyokong mereka, dengan demikian mereka mulai turun dari awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain.
Allah berfirman di dalam Al-Quran:


"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. . . " (QS an­Nur: 43)


Akhir-akhir ini, ahli meteorologi mengetahui pembentukan, struktur, dan fungsi awan secara detail dengan menggunakan peralatan canggih seperti pesawat, satelit, komputer, balon, dan mempelajari angin dan petunjuknya untuk ukuran kelembaban dan variasinya dan untuk menentukan tingkatan dan variasi tekanan atmosfir.


Ayat yang terdahulu setelah menyebutkan awan dan hujan, belum bicara tentang hujan es dan halilintar.


".... dan Allah (juga) menurunkan (butiran­-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan­gumpalan awan seperti) gunung-gunung maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. " (QS an-Nur: 43)


Para ahli meteorologi telah menemukan awan cumulonimbus ini, hujan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai 30.000 kaki (4,7 sampai 5,7 mil) seperti gunung, sebagaimana telah tersebut di dalam al-Quran :


". . . dan Allah (juga) menurunkan (butiran­butiran) es dari langit. . .. " (QS an-Nur: 43)


Ayat ini mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan mengapa ayat ini menyebutkan "....halilintarnya' dalam referensi hujan es? Apakah hal ini berarti hujan es adalah faktor mayoritas dalam menghasilkan halilintar? Mari kita lihat buku yang berjudul "Meteorology Today" juga menyebutkan tentang hal ini. Buku itu menyebutkan bahwa awan mengelektrifikasikan hujan es melalui bagian tetesan awan yang paling dingin dan kristal es. Sebagai tetesan cair yang bertabrakan dengan hujan es, mereka membeku yang berhubungan dan melepaskan panas yang terpendam. Dia menjaga permukaan hujan es lebih hangat daripada sekeliling kristal es.


Ketika hujan es berhubungan dengan kristal es, maka terjadilah fenomena yang penting. Aliran elektron dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih panas. Oleh karena itu, hujan es menjadi beraliran negatif Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang paling dingin berhubungan dengan sebongkah hujan es dan pecahan es kecil yang beraliran positif Geretan partikel beraliran positif ini kemudian dibawa ke bagian atas awan oleh udara yang bergerak ke atas. Hujan es yang beraliran negatif turun ke dasar awan, dengan demikian bagian awan yang paling rendah beraliran negatif. Aliran negatif ini kemudian turun ke tanah menjadi halilintar. Kami menyimpulkan bahwa hujan es ini karena faktor hasil dari halilintar.


Informasi tentang halilintar akhir-akhir ini ditemukan. Sampai tahun 1600 Masehi, ide Aristoteles tentang meteorologi sangat dominan. Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa atmosfir berisi dua jenis pernafasan keluar, basah dan kering. Dia juga mengatakan bahwa guntur adalah suara tumbukan dari pernafasan keluar yang kering dengan sekitar awan dan halilintar adalah peradangan dan terbakarnya pernafasan keluar yang kering dengan api yang kecil dan redup. Inilah beberapa ide tentang meteorologi yang dominan pada saat al-Quran turun pada 14 abad yang lalu.

Demikianlah Artikel Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Membandingkan Teori Ilimiah Tentang Awan dengan Teori Al-qur'an ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close